Hige Wo Soru. Soshite Joshikosei Wo Hirou Volume 1 Chapter 5 Bahasa Indonesia
Chapter 5: Potongan daging babi dengan kari
Kondisi kehidupan aku telah membaik semenjak Sayu tinggal
disini.
Pertama, makanan selalu tersedia sebelum aku berangkat
kerja, begitu juga ketika aku pulang. Kurasa ini telah berubah menuju perubahan
yang cukup baik. Sebelumnya, Aku bahkan tidak mau repot-repot memasak karena
menurutku itu hanya menghabiskan waktuku saja. Namun Ketika aku benar-benar
menginginkan sesuatu untuk dimakan, aku biasanya memasak dengan cukup mengikuti
beberapa resep sederhana yang aku cari secara online melalui smartphoneku.
Selain itu, aku hanya makan makanan yang aku beli toko; meskipun dalam beberapa
hari, aku malah memilih untuk tidak sarapan sama sekaili.
Selain itu, aku biasanya malas mencuci dan hanya mencuci
setiap akhir pekan, sekarang dilakukan oleh Sayu setiap hari, ya, ini merupakan
perubahan drastis dalam kualitas hidupku. Karena aku juga merasa terlalu repot
dan malas untuk membersihkan dan menyetrika baju kerjaku, aku telah membeli
total 7 kemeja, dengan 5 dipakai secara teratur setiap harinya dan 2 aku simpan
untuk cadangan. Namun, baju-baju itu sekarang sedang dibersihkan dan bahkan
disetrika hampir setiap hari. Tak pernak terpikir bahwa ada yang mencuci dan
menyetrikakan baju kita dapat membuat perasaan senag dan nyaman seperti ini.
Dengan perubahab standar hidupku di rumah, kondisiku di
tempat kerjapun terasa membaik.
Aku merasa pikiranku jauh lebih tajam selama shift pagi,
mungkin karena aku sarapan terlebih dahulu. Karena aku tidak diserang oleh rasa
lapar yang kuat setiap kali mendekati jam makan siang, aku dapat mempertahankan
konsentrasiku sepenuhnya sampai tiba di jam
istirahat sore. Terakhir, walaupun aku yakin ini mungkin pendapaku
pribadi, tetapi mengenakan kemeja yang di rapikan dengan baik dan disetrika membuat aku
merasa sangat energik.
Apakah orang-orang
yang memiliki istri selalu bekerja dengan pikiran yang begitu menyegarkan ...?
Aku memikirkan hal-hal seperti itu sambil jari-jariku
menempel pada keyboard.
"Apa maksudmu dengan ' pikiran yang menyegarkan'?"
Hashimoto tiba-tiba berbicara dari tempat duduk di
sampingku, matanya masih terkunci ke layarnya.
"Hah? Bagaimana apanya?"
Mendengar jawabanku, Hashimoto melirik ke arahku dengan
tertawa kecil.
"Apakah kamu tidak sadar? Kamu hanya bergumam, 'Apakah
orang-orang dengan istri ~' sesuatu yang seperti itu? ”
"Uh huh? sungguh?"
Hashimoto dengan terburu-buru menutup mulutnya untuk menahan
tawan.
"Kamu bersyukur kamu sekarang memiliki seseorang melakukan
pekerjaan rumah untukmu, kan?"
Hashimoto berkata sambil mengangkat bahu, seolah membaca
pikiranku.
"Sejujurnya, aku benar-benar tidak ingat betapa
melelahkannya pekerjaan rumah ketika aku masih tinggal sendirian."
"Sepertinya kau tipikal
orang yang lupa bagaimana rasanya ketika hal terburuk terjadi."
"Mungkin. Sebenarnya, aku harus mengatakan bahwa kasusmu
tidak sama sepertiku. Gadis itu tidak akan tinggal di tempatmu selamanya. ”
Meskipun apa yang dikatakan Hashimoto masuk akal, nada
merendahkan dalam suaranya membuatku merasa sedikit kesal.
"Yah, seperti istrimu juga yang
tidak akan selalu ada juga."
Menanggapi jawaban putus asa aku, Hashimoto tertawa kecil
dan melambaikan tangannya dengan acuh.
"Tidak mungkin. Aku cukup yakin kita akan bersama
sampai mati. ”
"Aku tahu…"
Aku tahu bahwa Hashimoto
adalah suami yang sangat berbakti. Itu sebenarnya yang ingin aku ucapan
tapi aku tidak mau mengatakannya.
"Tapi harus kubilang, dia memang punya pegangan
kuat dalam pekerjaan rumah, bukan?"
Tangan Hashimoto tidak pernah berhenti melambai dengan di
iringi kata-kata yang berbobot.
Di tempat kerja, Hashimoto adalah satu-satunya yang tahu tentang
Sayu dan karena hanya dialah satu-satunya orang yang aku beritahu tentang Sayu
yang tinggal di rumahku.
"Dia bahkan melakukanya lebih dari yang pernah aku
minta."
"Ketika aku mendengar 'gadis pelarian', aku memiliki
gambaran tentang seorang gadis yang bahagia-pergi-beruntung dan tidak
bertanggung jawab, tetapi dia lain. Dia sepertinya tampak sangat bisa
diandalkan."
Aku menganggukkan kepalaku beberapa kali sebagai tanda
setuju.
Sejujurnya, Sayu telah menganggap pekerjaan rumah jauh lebih
serius daripada yang aku harapkan. Pada awalnya aku berpikir bahwa dia hanya
memiliki antusiasme dan semangat yang kuat saja, tetapi bukan itu masalahnya.
Dia terus mempertahankan tingkat pekerjaan yang sama yang dilakukan hari demi
hari. Tindakannya sama sekali tidak sesuai dengan gambaran mentalku tentang
'gadis pelarian'.
Sementara aku terkesan dengan kepribadian pekerja kerasnya,
pemahaman aku tentang latar belakangnya tampak semakin kabur setiap hari. Penampilannya
mungkin bukan tipeku, tetapi aku harus mengakui bahwa itu cukup manis. Dia bisa
melakukan pekerjaan rumah dan mudah bergaul. Mengapa dia lari dari rumahnya dan
sampai sejauh ini? Alasannya di luar imajinasiku.
"Kau mengerutkan alismu lagi tuh."
Aku kembali sadar ketika Hashimoto memanggilku.
"Aku sedikit terkejut ketika ekspresimu berubah begitu
cepat."
"Ah ... maaf soal itu."
Setelah jawaban setengah hatiku, Hashimoto menghembuskan
napas keras melalui hidungnya dan mengintip jam di dinding.
"Ayo kita pergi makan?"
Melihat jam, tanpa kusadari sudah menunjukan pukul 1 siang.
Setiap orang harus pergi untuk makan siang sekitar waktu ini.
"Tunggu sebentar ... Biarkan aku menyelesaikan ini
dengan cepat dan kemudian kita bisa pergi," kataku sambil mengetik.
Setelah aku menyelesaikan program yang sedang aku kerjakan, aku
menyimpannya, membuat cadangan, dan akhirnya menempatkan komputerku ke mode
tidur.
Melihat pada tempat kerja Hashimoto, sepertinya dia juga
telah menyelesaikan pekerjaannya untuk saat ini dan sudah mengenakan jaketnya.
Dengan anggukan ringan, dia bangkit dari tempat duduknya.
"Aku akan pergi makan siang." Hashimoto
mengumumkan dengan nada datar.
"Oke, hati-hati." Jawab rekan kerja kami dengan
acuh tak acuh.
Mengulang setelah Hashimoto, aku menangkap tatapan
Gotou-san, yang duduk tak jauh dari situ.
Gotou-san membuka mulutnya seolah ingin mengatakan sesuatu,
sebelum bangkit dari kursinya dengan cepat.
"Aku juga akan pergi keluar."
Aku meninggalkan kantor sambil merasakan sedikit
ketidaknyamanan terhadap Gotou-san, yang bangkit dari tempat duduknya, dengan
dompet di tangan. Dia biasanya memulai istirahat siangnya sedikit lebih lama,
tapi mungkin dia merasa sangat lapar hari ini?
"Apakah kamu ingin keluar atau hanya makan di ruang
makan?"
"Tidak ada makanan khusus yang ingin aku makan, jadi mari
kita makan di ruang makan."
Hashimoto mengangguk sebagai balasan dan memberi aku hormat
yang tidak wajar dan menyenangkan.
Aku bisa mendengar bunyi klik sepatu berhak dari belakang
kami. Dari ketergesa-gesaan dan intensitas suara, jelas bahwa sumber suara itu
berusaha mengejar kami. Berbalik, aku mendapati diriku berhadapan langsung
dengan Gotou-san pada jarak yang jauh lebih dekat dari yang diharapkan dan aku
secara refleks melompat mundur sebagai tanggapan.
"Woah, Gotou-san."
"'Wow?' Ada apa?"
Rambutnya yang agak tersulur bergetar bersamaan saat dia sedikittertawa
melihat reaksi aku.
"Kamu akan makan, kan?"
"Uh huh."
"Apakah aku boleh bergabung dengan kalian berdua?"
"Hah."
Mulutku mengepak tanpa kata. Aku tidak bisa menjawab, aku
menoleh ke arah Hashimoto untuk memberi sinyal bantuan. Dia sedikit tertawa sendiri
dan memberikanku tamparan ke belakang.
“Tentu saja, tidak apa-apa! Apakah kamu tidak masalah makan
di ruang makan? ”Hashimoto menjawab dengan penuh semangat.
Gotou-san tersenyum senang dan cepat-cepat mengangguk.
"Iya, tidak masalh ,ko!"
"Kalau begitu, ayo pergi ... Hei Yoshida, jangan
terlalu terburu-buru."
"Ah, ya ..."
Hashimoto menampar punggungku lagi, berharap bisa membawaku
kembali ke akal sehatku setelah pikiranku kosong dari urutan peristiwa yang
cepat.
"... Ini kesempatan bagus untuk berbicara
dengannya."
Hashimoto berbisikpadaku. Aku mengangguk setuju.
Memang benar bahwa aku belum pernah berbicara dengannya
sekalipun sejak aku ditolak. Ini adalah kesempatan bagus yang Hashimoto buat.
Bersiap untuk apa yang akan terjadi, aku menuju ruang makan.
***
“ Kari dengan potongan daging babi? Itu tidak seperti
biasanya ... ”Hashimoto berkomentar dengan senyum paksa ketika Gotou-san
meletakkan potongan daging babi dengan kari yang diletakkan di atas meja.
Gotou-san dengan bercanda memiringkan kepalanya dengan
bercanda.
“ Bukankah ini cukup normal? Aku hanya merasa sangat lapar
hari ini. ”
"... Biasanya, kamu hanya mengambil salad kecil dari Minimarket."
Hashimoto menunjukkan seringai tanpa malu ketika aku menyela
pembicaraan.
" Oh? Kamu selau memperhatikan, iya kan, Yoshida-kun. ”
"Su-sulit untuk tidak makan apa-apa selain salad untuk
makan siang. Bahkan rekan kerja kita yang peduli dengan berat badan mereka, setidaknya
memakan Onigiri atau semacamnya. ”
" Hehe, kamu sepertinya memperhatikan apa yang orang
lain makan."
" Um ...”
Pipiku mulai terasa agak panas oleh komentarnya. Seolah-olah
aku dituduh melakukan kegiatan terlarang.
Pada saat yang canggung ini, aku mengambil sedotan dari
mangkok mi Cina aku. Rasanya cocok dengan harganya yang murah, tetapi, meskipun
aku tidak bisa mengerti mengapa, aku sebenarnya cukup menyukai rasanya yang
murah. Sup itu sepertinya berteriak 'ini sup kecap!' saat aku perlahan
mengunyah mie dan menikmati rasa tidak wajar yang menyebar di mulutku.
" Katakan, Yoshida-kun—"
Gotou-san, yang dengan senang hati melahap sepotong potongan
daging babi kari, mengalihkan pandangannya ke arahku dan berbicara.
"Kenapa kamu akhir-akhir ini selalu pulang tepat watu?"
Meskipun dia mengatakan itu dengan nada santai, aku tidak
bisa menahan diri untuk tidak sedikit terkejut. Fakta bahwa dia memperhatikan
perubahan dalam jadwalku baru-baru ini membuatku merasa cukup gembira, tetapi
di sisi lain, alasan perubahan ini membuatku merasa sedikit bersalah. Berbagai
pemikiran bercampur dalam pikiran aku.
" Kurasa, yah, aku merasa cukup senagg di tempat kerja
baru-baru ini ... jadi aku menyelesaikan semua tugasku dengan cepat dan lancar,
setelah itu aku bebas untuk pulang." Aku bergumam sambil menghindari
tatapannya.
Gotou-san tertawa mendengar jawaban aku.
" Beberapa waktu yang lalu, kamu selalu membantu
pekerjaan orang lain begitu kerjaanmu
selesai, pada akhirnya kamu pulang telat, melebihi jam kantor."
" Um ... Kenapa kamu tahu itu?"
Memang benar itulah yang aku lakukan di masa lalu.
Sejujurnya, aku cukup bangga dengan kemampuanku untuk menyelesaikan setiap hari
tanpa gagal. Namun, karena sifat proyek yang sedang dikerjakan perusahaan dan
perbedaan pengetahuan dan keterampilan, ada sedikit perbedaan dalam volume
pekerjaan dari individu ke individu. Itulah sebabnya aku menawarkan diri untuk
membantu rekan kerjaku yang tampak kesulitan.
Namun, alasan aku belum melakukan itu baru-baru ini adalah
karena gadis SMA yang tinggal di rumahku.
Tidak perlu dikatakan kalau aku tidak bisa pergi selama jam
kerja, tetapi pikiran bahwa tidak ada seorang pun selain dia di rumah,
bertumpuk di atas fakta bahwa dia masih di bawah umur, membuat aku merasakan tugas
yang aneh sepanjang waktu 'Aku harus bergegas pulang untuk berjaga-jaga'.
Sebagai hasilnya, aku akan menyelesaikan pekerjaan aku dengan cepat, memeriksa
kemajuan rekan kerja yang proyeknya di bawah pengawasan aku, dan pulang tepat
waktu setelah itu.
Meski begitu, fakta bahwa Gotou-san telah memperhatikan
detail tentang manajemen waktuku sedikit membutku terkejut. Ya, memang benar
dia bosku, jadi dia mungkin memperhatikan situasi beban kerja bawahannya,
tetapi gagasan bahwa dia telah memberi perhatian besar padaku membuatku merasa
senang namun canggung.
" Kamu sepertinya pulang dengan tergesa-gesa, jadi aku
hanya agak penasaran." Dia berkata sebelum mengisi mulutnya dengan kari
sekali lagi.
Cara dia menjilat bibirnya dari kari sangat menawan, dengan
cepat aku mengalihkan pandanganku. Aku bisa melihat Hashimoto, yang duduk di
sampingku, tertawa sedikit di sudut pandanganku.
" Kurasa itu agak menarik bagiku untuk pulang tepat
waktu setiap hari sebelum atasanku melakukannya."
“ Aku tidak akan mengatakan itu. Aku pikir fakta bahwa kamu
dapat pulang tepat waktu tanpa harus membuat alasan adalah bukti bahwa kamu
dapat melakukan pekerjaan dengan baik. ”
Aku sangat gembira ketika mendengar itu. Senangnya dipuji
oleh atasan, belum lagi, rasanya senang diakui oleh gadis yang aku kagumi
dengan cara yang begitu mudah. Namun, itu sebabnya aku tertangkap tidak berdaya
oleh pertanyaan yang seharusnya aku waspadai.
" Lebih penting lagi, aku lebih tertarik pada alasanmu
... Apakah kamu menemukan pacar atau sesuatu?"
Aku segera tersedak. Merasakan dorongan kuat untuk meludahkan
mie yang baru saja aku makan, aku mengunyahnya dengan sekuat tenaga sebelum
menegak semua mie. Kemudian, aku mengambil napas panjang.
“ Tentu saja aku tidak punya pacar! Maksudku, aku ... "
' Aku baru saja “menembakmu” ', adalah apa yang ingin aku
katakan, tapi aku berhenti melanjutkannya. Aku menyadari bahwa aku telah
mengatakannya dengan keras. Merasakan tatapan dari arah sampingan tepatnya di
meja sebelah rekan kerjaku, aku batuk
untuk mengatur ulang.
" Kamu ... apa?"
Gotou-san tersenyum nakal dan memiringkan kepalanya. Jelas
bahwa dia sengaja bersikap bodoh.
" Beri aku waktu ..."
Aku bisa mendengar tawa tertekan datang dari Hashimoto di
sampingku.
Meskipun Gotou-san tertawa bersama, jelas bahwa dia tidak
punya niat untuk berhenti di sini.
" Jika itu bukan pacar, lalu apa alasanmu pulang tepat
waktu?"
Dia kemudian bertanya kembali. Namun aku tidak segera
menjawab.
Tidak peduli bagaimanapun aku pikirkan, "Aku melindungi
seorang gadis SMA ..." itu jawaban
yang jujur namun salah. Sebenarnya, seharusnya aku tidak mempertimbangkan jawaban
seperti itu.
Namun, tidak ada perlindungan untuk menyembunyikan kebenaran
di belakang jika aku hanya mengatakan kepadanya bahwa seorang pria lajang tanpa
hobi tertentu seperti aku ingin pulang lebih awal.
"... A -Penyebabnya tidur," kataku dengan putus
asa. "Baru-baru ini, aku sudah berusaha untuk tidur lebih banyak."
" Hmmm ... Tidur?"
Gotou-san mengangguk dengan agak ragu.
" Aku berpikir bahwa efisiensi-ku akan meningkat jika aku
kelelahan ... Jadi aku memutuskan untuk membuat perubahan dan menjadi lebih
baik."
Aku tidak dapat menemukan kata-kata untuk melanjutkan, jadi aku
berhenti di sana. Saat itulah Hashimoto memberikan bantuan tepat waktu.
“ Yah, dia terlihat jauh lebih sehat baru-baru ini dan telah
bekerja lebih cepat juga. Aku akan mengatakan bahwa, tidur tambahannya telah
bekerja denganbaik. "
Hashimoto benar-benar dapat diandalkan di saat-saat seperti
ini. Kata-katanya mengalir lancar saat dia mengarahkan pembicaraan ke arah yang
diinginkannya. Itu adalah keterampilan yang aku tidak miliki.
Gotou-san menatapku sepanjang interupsi Hashimoto.
“ Yah, memang kamu terlihat tidak terlalu pucat. Dan juga
tampak lebih rapi. kamu bahkan telah menyetrika kerutan di bajumu. ”
" Kau bahkan memperhatikan bajuku ... mendengar itu agak
sedikit memalukan."
" Jangan terlalu
khawatir tentang itu, aku tidak akan menolak kenaikan gajimu hanya karena
bajumu kusut." Jawab Gotou-san dengan bercanda.
Aku memaksakan tersenyum sebagai jawaban.
Tapi sungguh, siapa sangka dia memeriksa bajuku sampai
sedetail itu? Sebenearnya aku ingin percaya bahwa aku adalah satu-satunya yang
dia amati, akan tetepi sebaliknya. Itu pasti termasuk dalam pekerjaannya,
totalitasnya dalam bekerja sampai-sampai sempat memperhatikan pakaian
bawahannya. Aku Kekaguman akan kemampuannya sebagai atasan baru.
" Karena aku tidur lebih awal, aku juga bangun lebih
awal juga, jadi aku punya banyak waktu untuk menyetrika bajuku di pagi
hari."
Aku tidak pandai berbohong, jadi melegakan topik bergeser ke
sesuatu yang relatif alami. Yang mengatakan, aku tidak benar-benar melakukan
pekerjaan rumah apa pun jadi apa yang aku katakan tidak diragukan lagi adalah
sebuah kebohongan. Ketidaknyamananku jelas terlihat dalam pandanganku, tetapi
Gotou-san sedang menatap karinya saat ini, jadi aku beruntung kali ini.
" Oh, begitu. Nah, jika itu yang terjadi maka aku bisa
mengerti. ”
Gotou-san mengangguk dengan senyum manis, sebelum menjejali
mulutnya dengan kari sekali lagi.
Aku dengan putus asa menahan nafas lega. Sangat sulit untuk
menyimpan rahasia. Aku bisa merasakan nafasku semakin pendek dan pendek seiring
dengan pembicaraan yang penuh kebohongan ini.
Bagaimanapun juga, tidak mungkin aku memberi tahu orang lain
selain Hashimoto tentang ini. Kejadian ini melibatkan lebih dari sekedar diriku
sendiri, jadi aku harus tetap berhati-hati.
“Yah, juniorku yang sudah bekerja dengan cara yang sama
selama 5 tahun sekarang tiba-tiba mengubah kebiasaan mereka, jadi itu sedikit
mengejutkan. Aku benar-benar penasaran, jadi jangan terlalu khawatir tentang
itu. ” Gotou-san menjawab seolah dia sudah tahu apa yang akan aku tanyakan.
Dia mengunyah kari, satu demi satu dan menelanya. Dalam
waktu singkat, Gotou-san sudah menghabiskan lebih dari setengah set karinya.
Sebaliknya, aku baru saja memindahkan sumpitku, jadi mie aku sudah mengembang.
Ketika aku mulai makan, sebuah pertanyaan muncul di benaku.
Apakah seseorang yang
biasanya tidak makan apa-apa selain salad untuk makan siangnya tiba-tiba memutuskan
dengan cepat makan irisan daging babi dengan kari, hanya karena mereka sedikit
lapar?
Ada periode waktu di mana aku ingin lebih fokus pada
pekerjaan sehingga aku makan lebih sedikit dan bekerja selama istirahat siang,
tetapi rasa lapar hanya bertahan selama beberapa hari pertama. Mungkin perut
dan nafsu makanku mengecil, tetapi setelah aku terbiasa, itu menjadi standar
sejak saat itu. Sebaliknya, aku ingat saat-saat aku makan terlalu cepat dan
mulai merasa tidak enak.
Namun, tak lama setelah periode waktu itu, Hashimoto mulai
memarahi kebiasaan makanku sehingga aku mulai secara bertahap makan lebih
banyak lagi. Sampai sekarang, aku makan lebih banyak dari sebelumnya ketika
makan siang.
Dengan mengingat hal itu, tingkah Gotou-san tampak semakin
dipertanyakan.
Mengingat biasanya dia tidak makan apa pun selain salad
kecil, dia mungkin memaksakan dirinya untuk makan sebanyak itu.
Aku merasakan tatapan padaku ketika aku menyeruput mi. mengangkat kepala sebagai tanggapan. Segera
setelah itu, pandangan kami saling bertemu.
Terkejut, aku memalingkan pandanganku.
"A -Apa ada sesuatu ...?" Aku dengan lemah
bertanya sambil menatap mangkuk mie ku.
Gotou-san menghela nafas dari hidungnya dan tersenyum.
" Tidak terlalu, kamu hanya membuat wajah seperti
ketika kamu mengkhawatirkan orang lain, itu saja."
Mendengar itu, aku mengangkat kepalaku untuk mencocokkan
tatapannya sekali lagi. Dia sedikit memiringkan kepalanya dengan senyum nakal.
" Tepat sasaran?"
" Ah, tidak juga ..."
Aku bisa merasakan panas yang naik di wajah aku.
Kenapa dia terus mengomentari hal-hal yang aku lebih suka
dia tidak perhatikan? Apakah dia mencoba menggodaku atau membuatku merasa
canggung?
" Yoshida-kun, memang ada seseorang yang kamu sukai, kan?"
" Eh?"
Pertanyaan Gotou-san agak langsung, yang membuatku merespon
dengan cara yang agak tidak sedap dipandang.
" Orang yang kamu pikirkan sangat serius sekarang ini benar-benar
penting bagimu, bukan?"
" Itu, uhm ..."
Aku tidak mungkin mengatakan bahwa 'orang yang aku pikirkan
adalah Kamu', tetapi aku juga tidak tahu bagaimana menjawabnya. Kemudian,
Gotou-san melirik jam tangannya, kemudian tiba-tiba dia keluar dari kursinya.
“Oh tidak, aku lupa! Pertemuan dipindahkan ke jam makan
siang hari ini! ”
Mengatakan itu, Gotou-san buru-buru menjejalkan mulutnya
dengan sisa kari dan melambaikan tangan pada Hashimoto dan aku.
" Maaf karena tiba-tiba pergi, kita bicara lagi
kapan-kapan."
" Ah, baiklah."
" OK, sampai jumpa."
Aku menghela nafas saat melihatnya pergi.
Aku merasa sangat lelah karena suatu alasan.
" Jadi, apa yang dia inginkan ...?" Gumamku.
Hashimoto mencibir dan menepuk pundakku.
" Dia hanya ingin mengobrol denganmu, bukan?"
“Jangan bodoh. Siapa yang akan berbicara dengan pria yang
mereka tolak untuk bersenang-senang? ”
" Bukankah dia hanya mengkhawatirkanmu?"
Hashimoto berkata dengan senyum acuh tak acuh ketika dia
meletakkan sumpitnya di atas nampannya.
“Dia sepertinya sedang bersenang-senang. Apa kau sadar dia
hanya berbicara mengenai dirimu di sepanjang obrolan tadi. "
Kalu di pikirkan kembali, benar juga. Gotou-san memang hanya
berbicara tentang aku. Hashimoto baru saja memasuki percakapan untuk membantuku
atau sedikit menggodaku.
" Meskipun ini mengejutkan, aku merasa kamu masih
memiliki kesempatan."
" Itu tidaklah mungkin."
Aku bukan tipe yang membiarkan diriku memiliki harapan yang
aneh, apalagi sesuatu yang dibuat-buat dengan hanya bertemu dengan seseorang
yang baru saja menolakku.
Hashimoto tersenyum mendengar bantahanku.
" Aku ditolak oleh istriku yang sekarang empat kali,
kau tahu?"
" Aku tahu itu ... tapi kau itu spesial."
" Jika kamu mengatakan itu, tidak ada jaminan bahwa
kamu tidak istimewa juga."
"..."
Aku tidak tahu harus berkata apa.
Hashimoto menepuk pundakku lagi.
" Ditolak adalah awal yang sebenarnya."
" Ya ampun, kamu mencoba terlalu keras ..."
Mau tidak mau aku menyesal telah bercerita sedikit tentang
diriku yang patah hati. Saat itu, aku merasa bahwa aku harus menceritakan hal
ini kepada seseorang dan satu-satunya orang yang bisa aku ajak bicara tentang
hal ini adalah Hashimoto. Dengan pemikiran itu, benar-benar tidak ada cara yang
lebih baik untuk melakukannya.
" Kenapa kita tidak merokok dulu sebelum kembali?"
Aku terkejut dengan sarannya.
" Bukankah kamu tidak berhenti merokok?"
" Memang, tapi aku berpikir bahwa kamu terlihat sedikit
menyedihkan, jadi aku akan menemanimu."
Mengatakan itu, Hashimoto mengeluarkan sekotak rokok permen
murah dari saku jasnya. Aku secara refleks menyembur.
" Kamu, serius ..."
" Lebih baik daripada merokok sendirian, bukan?"
"... Baiklah, ayo kita pergi."
Kami bangkit dari kursi dan menuju ruang merokok di lantai
yang sama.
Aku benar-benar tidak
suka digoda olehnya, tetapi dengan satu atau lain cara, aku harus mengakui
bahwa dia menyelamatkanku sepanjang waktu. Aku berpikir jengkel.
------------------------
Sebelumnya -- Main Menu -- Selanjutnya
------------------------
Jangan lupa untuk berkomentar :3
Follow juga Instagram dan Fp facebook kita.